Minggu, 23 Mei 2021

 Kritik / Esai Puisi Wiji Thukul

Berbicara mengenai puisi Wiji Thukul, saya akan terlebih dahulu menjelaskan siapa Wiji Thukul itu? Wiji Thukul merupakan seorang aktivis yang bergerak pada masa rezim orde baru yang lahir pada tanggal 26 Agustus pada tahun 1963 di kampung Seragen, Solo. Wiji Thukul merupakan seorang yang tidak pernah menuyerah dalam melawan penindasan serta ketidakadilan yang menimpah kaum bawah. Melalui karya-karya yang ia tulis, beliau menyampaikan aspirasi-aspirasi masyarakat yang sebelumnya tidak pernah didengarkan oleh pemerintah sebelumnya. Wiji Thukul merupakan seorang yang pemberani dan tidak takut kepada siapapun dalam membela kaum marjinal yang dilecehkan oleh para penguasa. Bahkan ia berani melawan rezim orde baru yang pada saat itu keadailan sudah tidak lagi ditegakkan dan justru banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun puisi yang akan saya ulas adalah dua puisi karya Wiji Thukul di antaranya, puisi pertama yang berjudul “Peringatan” dan puisi kedua yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”.  

Pertama, Puisi yang berjudul “Peringatan” yang ditulis oleh Wiji Thukul merupakan sebuah puisi yang menceritakan tentang lontaran sebuah kritik pedas atau dapat pula diartikan sebagai sebuah kecaman terhadap pemerintahan pada masa itu yaitu pada masa pemerintahan Soeharto. Mengingat pada masa itu rakyat harus tunduk terhadap sang penguasa serta tidak dapat menyampaikan pendapat atau kritik apapun secara bebas karena apabila rakyat menyampaikan aspirasinya yang mengandung kritik maka pemerintah tidak segan-segan akan untuk mengasingkan atau bahkan menghilangkan rakyat yang memberikan kritik tersebut. sikap pemerintah yang ditujukan kepada rakyat pada masa itu tentu justru menjadikan ruang gelap bagi negeri sendiri. Mengingat pada masa itu rakyat tidak bisa lagi mempercayai pemimpin, mulut rakyat dibuat bungkam, kebenaran tidak dapat diperoleh, sehingga tentu dengan adanya kebijakan yang hanya menguntungkan penguasa itu hanya akan membuat negara tidak memiliki tujuan. Untuk itu, adanya puisi yang berjudul “Peringatan” ini, Wiji Thukul yang saat itu beliau adalah seorang aktivis hendak mengajak rakyat untuk memberikan perlawanan terhadap pemerintah yang tidak dapat memberikan keadilan terhadap rakyat bahkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan justru mengekang rakyat dan menodai bangsa.

  Kedua, puisi yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” merupakan sebuah puisi yang masih sama dengan puisi yang pertama, yaitu sama-sama memberikan respon terhadap sikap para penguasa dalam pemerintahan pada masa orde baru.  puisi yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” ini menceritakan tentang seorang penguasa dalam pemerintahan Indonesia pada masa itu yang semestinya memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas namun tidak mau mengamalkan ilmunya demi kebaikan, bahkan justru membuat komplotan guna mementingkan serta menguntungkan dirinya sendiri sehingga hal itu berdampak pada tertindasnya rakyat dan tidak pula mendapatkan keadilan. Namun, dalam puisi ini Wiji Thukul selaku seorang yang menulis puisi tersebut hendak menyampaikan pesan pula kepada para generasi muda bahwa ketika kita memperoleh ilmu setinggi apapun hendaklah kita memanfaatkan serta mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh untuk hal-hal yang baik, dan tidak justru memanfaatkan ilmu untuk tujuan merugikan orang lain mengingat keberadaan ilmu sejatinya dapat dijadikan sebagai penerang atau cahaya yang dapat menerangi kegelapan atau ketidaktahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KRITIK/ESAI SASTRA DARI KUMPULAN CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR (“Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti” , “Bambi dan Perempuan Bersel...