Sabtu, 10 Juli 2021

KRITIK/ESAI SASTRA DARI KUMPULAN CERPEN

KARYA M. SHOIM ANWAR

(“Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti” , “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, “Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana Anakku” )

 

Sebagaimana pada pekan-pekan sebelumnya, kali ini saya akan membuat sebuah kritik/esai dari kumpulan sebuah cerpen, yang terdiri dari lima cerpen yang seluruhnya ditulis atau karangan dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan yang lahir di Desa Sambung Dukuh, Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan sosok yang cerdas dan dapat dijadikan sebagai inspirator para mahasiwa, khususnya para pemuda pecinta sastra, terbukti bahwa beliau mampu menyelesaikan program S2 dan S3 dengan predikat cumluade. Selain itu, karya-karya yang beliau tulis cukup banyak, seperti puisi, cerpen, dan lain-lain. Bahkan di dalam laman blog milik Liliek Sobari yang diunggah pada September 2017, ia menuliskan sosok M. Shoim Anwar sebagai Sang Doktor Cerpenis. Hal itu cukup beralasan mengingat banyak cerpen-cerpen karangan yang beliau suguhkan melalui berbagai media. Bahkan cerpen miliknya juga masuk dalam antologoi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis.  Merupakan sebuah pencapaian sangat mentereng dan tentu dari pencapaian-pencapaian beliau tersebut, tentu para pencinta sastra khususnya dari kalangan muda tidak perlu ragu dalam meminta arahan, pengetahuan, serta pengalaman dari beliau, sehingga diharapkan dapat menginspirasi dalam hal menulis sebuah karya sastra di masa yang akan datang.

Seperti halnya yang saya katakan di awal tadi, bahwa hal yang akan saya lakukan kali ini yaitu membuat esai dari kumpulan cerpen yang terdiri dari 5 cerpen yang berjudul diantaranya, “Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti”, “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, “Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana Anakku”. Setelah membaca cerpen-cerpen yang memiliki judul di atas, jika dilihat dari segi penulisan, penulis sangat pandai dan sangat baik dalam memilih kata-kata. Pemilihan kata yang ditulis oleh penulis mampu menghipnotis mata bagi para pembaca, sehingga ketika seseorang hendak membacanya, ia akan secara terus-menerus semakin penasaran terhadap kelanjutan isi dari cerpen-cerpen tersebut. Selain itu hal yang dituangkan dalam cerpen-cerpen tersebut dapat dikatakan memiliki keteraturan atau sepadan dengan realita yang terjadi di dalam kehidupan. Kelima cerpen tersebut merupakan sebuah cerpen yang memiliki kesamaan dari segi tema, yaitu sama-sama membahas mengenai sebuah permasalahan di dalam kehidupan. Namun, masing-masing untaian yang tertuang dalam setiap kata yang ditulis oleh penulis bernama M. Shoim Anwar tersebut memiliki orisinalitas masing-masing sehingga maksud yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap pembaca tetap berbeda-beda. Mengingat sebagaimana yang kita ketahui bahwa di dalam dunia kehidupan tentu kita seringkali menjumpai permasalahan-permasalahan yang ada,baik itu ddalam segi sosial, politik, dan lain-lain.

Di dalam salah satu cerpen tersebut terdapat gambaran seorang koruptor yang tentu keberadaannya sangat merugikan, di dalam lanjutan ceritanya tersebut, seorang koruptor tersebut hendak melarikan diri dan menjadi buruan polisi karena perbuatannya sangat merugikan Negara. Dilihat dari kaburnya seorang koruptor tersebut dapat kita asumsikan bahwa seseorang yang melakukan penggelapan dana itu sangat tidak memiliki tanggung jawab atas perbuatan yang ia lakukan sehingga ia lari dari kejaran polisi. Bahkan keluarganya dilarang berbicara tentangnya, dan justru disuruh bungkam. Kejadian seperti ini, jika dikaitkan dengan kehidupan nyata sangat ada kaitannya mengingat sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwa di Negara kita sangat banyak dijumpai seorang koruptor dimana-mana, dan itu seringkali dijumpai pada pejabat-pejabat Negara yang lebih mengutamakan kepentingannya sendiri dibandingkan kepentingan rakyat, sehingga uang yang semestinya untuk rakyat justru dimakan sendiri. Kejadian seperti ini juga sangat berbahaya bagi generasi muda saat ini, sehingga generasi saat ini harus benar-benar dikorek otaknya agar ketika menginjak usia dewasa dan terjun dengan masyarakat tidak meniru perbuatan yang tidak patut ditiru tersebut.

Kejadian lain dalam ranah politik juga ditemukan di dalam kumpulan  cerpen tersebut yaitu mengenai keberadaan seorang lurah yang tidak bisa menjadi teladan bagi rakyatnya. Banyak janji-janji palsu yang ia janjikan kepada rakyat ketika pencalonan dimulai. Bahkan Pak lurah tersebut sering mengelabuhi rakyatnya seakan-akan rakyat tersebut yang mudah untuk diperlakukan seenaknya. Selain itu hal yang tidak patut dijadikan contoh yaitu ketika Pak lurah hendak mengambil tanah milik rakyat untuk dijadikan sebagai perumahan elit, tentu hal tersebut sangat merugikan rakyat. Hal demikian juga sering kita jumpau di dalam kehidupan nyata, yaitu terlihat banyak pejabat pemerintahan di tingkat manapun yang ketika tahap pencalonan seringkali mengeluarkan rayuan-rayuan dengan memberikan janji-janji, tetapi ketika sudah terpilih janji-janji yang pernah diucapkan pun hilang seketika, dalam praktiknya justru seringkali merugikan rakyat. Tentu hal seperti ini juga sangat berdampak buruk terhadap generasi muda saat ini jika tidak diberi arahan yang baik mulai sejak sedini mungkin.

Selain kejadian tersebut, ada hal yang cukup menarik di dalam kumpulan cerpen tersebut, salah satunya yaitu dalam tulisan M. Shoim Anwar ketika menggoreskan tintaya dalam cerpen Sepatu Jinjit Aryanti, mengingat hal yang dituangkan di dalam cerpen tersebut sangatlah menarik. Disamping gambaran cerita di dalamnya yang meceritakan bahwasanya keberadaan Aryanti yang terlibat dalam kasus pembunuhan yang kemudian sosok aryanti tersebut bertemu dengan tokoh “Aku” yang menjadi jagoan atau penyelamat bagi dia. Namun, disisi lain ada hal yang cukup menarik yaitu mengenai goresan penulis yang seolah-olah mengajak kita sebagai pembaca untuk dapat terlibat di dalam cerita tersebut mengingat ada kisah yang bernuansa romantic pula dalam cerpen tersebut. Saya rasa penulis sangat pandai dan cukup humoris dalam menuangkan imajinasinya sehingga dapat memberikan respect yang baik bagi pembacanya. Dari kejadian yang tertuang dalam cerpen tersebut dapat kita simpulkan bahwa keberadaan seorang wanita tidak akan dapat terlepas dari kekuasaan seseorang mengingat banyak misi-misi yang terselubung yang dapat diselesaikan dengan memperalat keberadaan seorang wanita. Terbukti bahwa yang terjadi di dalam dunia nyata tidak sedikit wanita yang terlibat dalam kasus pembunuhan, narkoba dan lain-lain.

Suguhan lain di dalam kumpulan cerpen tersebut dapat kita temukan lagi yaitu dalam permasalah janji yang tidak ditepati. Hal itu dapat kita lihat dari cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” yang mengisahkan tentang seseorang yang memiliki janji di dalam sebuah siding pengadilan namun tidak mampu ia tepati, sehingga membuat tokoh “Saya” dalam cerpen tersebut murka mengingat ia sudah merasa dijanjikan oleh Bambi sebagai hakim tunggal untuk menang dipersidangan, namun yang terjadi tidak sesuai dengan janji yang telah disepakati. Namun, dalam pembahasan mengenai Bambi ini terdapat kata-kata yang sulit saya pahami. Memang dari segi cerita dapat memberikan respect yang baik bagi pembaca, tetapi dari segi pilihan kata yang menggunakan bahasa jawa tidak semuanya dapat saya pahami dan mungkin terjadi pula bagi pembaca-pembaca lain, seperti gacoan.  Saya sendiri sebagai orang jawa pun tidak mampu memahaminya apalagi pembaca yang tidak berasal dari jawa, sehingga dibutuhkan penjelasan sedikit mengenai arti atau bahkan persamaan dari kata tersebut dapat dituangkan dalam cerpen itu pula sehingga hal itu tidak menghalangi keseruan pembaca, dan tidak menghalangi pemahaman bagi pembaca pula.

Selain itu, terdapat pula kisah seorang pejabat istana yang berlaku semena-mena dan justru merugikan warganya, dimana seorang istana justru memperkerjakan warganya layaknya budak. Hal itu tertuang didalam gambaran cerpen yang berjudul “Jangan ke Istana, Anakku”. Namun, seorang anak yang bernama Dewi dalam cerpen tersebut sangat menginginkan masuk ke dalam istana tersebut, tetapi orang tua Dewi melarangnya mengingat kedua orang tuanya sudah pernah diperlakukan buruk di dalam istana.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, sebenarnya ada pesan yang dapat kita ambil di dalam kumpulan cerpen tersebut, bahwa hidup di era sekarang sangat banyak kejahatan yang ditemukan, entah dimanapun tempatnya baik di pemerintahan, atau dalam kehidupan bermasyarakat sangat benyak pengaruh-pengaruh buruk terhadap generasi muda untuk lebih berhati-hati. Mengingat, saat ini banyak orang yang tidak mampu bahkan tidak mau jujur, dan tanggung jawab terhadap apa yang telah ia perbuat. Justru yang ia mampu lakukan hanyalah mencari keuntungannya sendiri. Bahkan sekarang sangat banyak dijumpai kekerasan seksual yang terjadi dimana-dimana dengan memanfaatkan sosok perempuan. Oleh karena itu, sebagai generasi mudah hendaklah kita lebih berhati-hati dalam memilih pergaulan sehingga kita tidak terjerumus ke hal-hal yang menyesatkan. Sedini mungkin kita harus memiliki bekal yang cukup dan mematangkan pikiran sehingga ketika kita bergelut di dalam kehidupan bermasyarakat dapat terhindar dari sifat dan perilaku kejahatan yang dapat merugikan orang lain. Memang beberapa manusia atau bahkan mungkin hampir seluruh manusia menginginkan harta dan kekuasaan, bagi laki-laki tentu mengharapkan wanita pula, namun kepuasan-kepuasan tersebut perlu kita saring bahwa ketika dampaknya merugikan orang lain sebaiknya kita hindari.

Kumpulan cerpen karya M. Shoim Anwar sangat menarik bagi kalangan mahasiawa khususnya saya selaku mahasiswa yang mempelajari ilmu sastra di dalam perkuliahan. Selain itu adanya cerpen ini dapat memberikan pelajaran bagi para penguasa yang ada untuk berfikir jernih bahwa dimanapun kita berada, apapun posisi kita yang kita emban, hendaklah kita memiliki sifat jujur dan rasa tanggung jawab sehingga dalam menjalankan kehidupan kita tidak sampai merugikan orang lain mengingat ketika di hari akhir kelak apapun yang pernah kita lakukan akan dipertanggung jawabkan.   


Daftar Pustaka


Soebari, Lilik. 2017. "M. Shoim Anwar, Sang Doktor Cerpenis". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KRITIK/ESAI SASTRA DARI KUMPULAN CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR (“Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti” , “Bambi dan Perempuan Bersel...