Sabtu, 17 April 2021

UNTAIAN KRITIK SASTRA

Kritik Cerpen "DI JALAN AL-KAABAH"

Karya M Shoim Anwar


Berbicara mengenai cerpen yang berjudul "Di Jalan Al-Kaabah" karya M. Shoim Anwar merupakan sebuah cerpen yang menceritakan atau mengisahkan tentang sosok pemimpin dalam suatu desa yang bernama Tuan Amali yang sedang menjalankan Ibadah Haji di kota Maekkah bersama dengan istrinya. Ketika Tuan Amali bersama istrinya berada di tanah suci, mereka bertemu dengan seorang pengemis yang terdiri dari anak-anak, karena ibah terhadap pengemis tersebut, akhirnya Tuan Amali memberikan sedekah kepada pengemis tersebut. karena Tuan Amali mengira bahwa anak-anak yang mengemis tersebut kemungkinan adalah korban peperangan atau seorang anak yang terkena ledakan Bom sehingga Tuan Amali merasa kasihan. Sebelumnya Tuan Amali bersama istrinya merasa ikhlas memberikan sedekah tersebut mengingat tujuan awal dari mereka adalah menjalankan perintah Allah sehingga ketika memberikan sedekah pun mereka berikan secara ikhlas-seikhlasnya. Kemudian Nyonya Tilah, istri Tuan Amali mengingatkan kepada Tuan Amali untuk tidak lupa mendoakan Pak Mardho seorang perangkat desa bahwan Tuan Amali yang ingin didoakan di lantai paling atas agar diberikan kesumbuhan atas segala penyakitnya, dan supaya anaknya si Ayu diberikan kelulusan kuliah, pekerjaan dan jodoh yang mapan, serta supaya Pak Mardho tidak lama-lama menduda. Ketika itu juga Tuan Amali pun mendoakannya. 

Namun, di hari yang lain tanpa disangka, ketika berjalan di Jalan Al-Kaabah yang sangat ramai mengingat jalan itu merupakan akses menuju masjid, Tuan Amali melihat seorang yang hendak memotret pengemis-pengemis anak tersebut namun dihalangi oleh wanita yang memakai cadar. mendengar pendengaran orang-orang ternyata anak-anak yang mengemis tersebut merupakan suruhan dari seorang wanita yang memakai cadar untuk berpura-pura menjadi orang yang pantas dikasihani dengan memakai pakaian yang lusuh dan gelap sehingga dengan mudah mendapatkan pemberian dari orang yang melihatnya. Melihat kebohongan seperti itu, Tuan Amali merasa bahwa pengemis ini sudah membohongi banyak orang dan tidak boleh dibiarkan saja, sehingga ia hendak bertindak yang lebih jauh dengan memaksa anak tersebut membuka tangannya, namun ia dihalang-halangi oleh seorang lelaki berkopyah cokelat hingga keduanya beradu mulut. 

Jika dikaitkan dengan kehidupan pada saat ini sangatlah cocok, mengingat di suatu desa pernah saya menjumpai seorang pengemis yang tadinya berpakaian rapi kemudian ketika hendak memasuki sebuah desa dan ditemukannya terdapat tempat yang sepi, maka ia akan mengganti pakaiannya tersebut dengan memakai pakaian yang lusuh dan terkadang berlubang untuk memanipulasi dirinya sendiri agar terlihat sebagai seorang yang pantas dikasihani. 

Kelebihan dari cerpen tersebut terletak pada pemilihan kata yang baik dan menarik sehingga dapat membuat pembaca menjadi nyaman ketika membacanya serta pemilihan judul yang cukup menarik sehinggga dapat menghipnotis pembaca untuk memunculkan niat dan keinginannya untuk membaca cerita pendek tersebut secara keseluruhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KRITIK/ESAI SASTRA DARI KUMPULAN CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR (“Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti” , “Bambi dan Perempuan Bersel...