KRITIK/ESAI SASTRA DARI KUMPULAN CERPEN
KARYA M. SHOIM ANWAR
(“Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti” , “Bambi
dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, “Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana
Anakku” )
Sebagaimana pada pekan-pekan
sebelumnya, kali ini saya akan membuat sebuah kritik/esai dari kumpulan sebuah
cerpen, yang terdiri dari lima cerpen yang seluruhnya ditulis atau karangan dari
M. Shoim Anwar, seorang sastrawan yang lahir di Desa Sambung Dukuh, Jombang,
Jawa Timur. Beliau merupakan sosok yang cerdas dan dapat dijadikan sebagai inspirator
para mahasiwa, khususnya para pemuda pecinta sastra, terbukti bahwa beliau
mampu menyelesaikan program S2 dan S3 dengan predikat cumluade. Selain itu,
karya-karya yang beliau tulis cukup banyak, seperti puisi, cerpen, dan
lain-lain. Bahkan di dalam laman blog milik Liliek Sobari yang diunggah pada
September 2017, ia menuliskan sosok M. Shoim Anwar sebagai Sang Doktor
Cerpenis. Hal itu cukup beralasan mengingat banyak cerpen-cerpen karangan yang
beliau suguhkan melalui berbagai media. Bahkan cerpen miliknya juga masuk dalam
antologoi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis. Merupakan sebuah pencapaian sangat mentereng
dan tentu dari pencapaian-pencapaian beliau tersebut, tentu para pencinta
sastra khususnya dari kalangan muda tidak perlu ragu dalam meminta arahan,
pengetahuan, serta pengalaman dari beliau, sehingga diharapkan dapat
menginspirasi dalam hal menulis sebuah karya sastra di masa yang akan datang.
Seperti halnya yang saya katakan
di awal tadi, bahwa hal yang akan saya lakukan kali ini yaitu membuat esai dari
kumpulan cerpen yang terdiri dari 5 cerpen yang berjudul diantaranya, “Sorot
Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti”, “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby
Blue”, “Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana Anakku”. Setelah membaca
cerpen-cerpen yang memiliki judul di atas, jika dilihat dari segi penulisan,
penulis sangat pandai dan sangat baik dalam memilih kata-kata. Pemilihan kata
yang ditulis oleh penulis mampu menghipnotis mata bagi para pembaca, sehingga
ketika seseorang hendak membacanya, ia akan secara terus-menerus semakin
penasaran terhadap kelanjutan isi dari cerpen-cerpen tersebut. Selain itu hal
yang dituangkan dalam cerpen-cerpen tersebut dapat dikatakan memiliki
keteraturan atau sepadan dengan realita yang terjadi di dalam kehidupan. Kelima
cerpen tersebut merupakan sebuah cerpen yang memiliki kesamaan dari segi tema,
yaitu sama-sama membahas mengenai sebuah permasalahan di dalam kehidupan. Namun,
masing-masing untaian yang tertuang dalam setiap kata yang ditulis oleh penulis
bernama M. Shoim Anwar tersebut memiliki orisinalitas masing-masing sehingga
maksud yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap pembaca tetap berbeda-beda.
Mengingat sebagaimana yang kita ketahui bahwa di dalam dunia kehidupan tentu
kita seringkali menjumpai permasalahan-permasalahan yang ada,baik itu ddalam
segi sosial, politik, dan lain-lain.
Di dalam salah satu cerpen tersebut
terdapat gambaran seorang koruptor yang tentu keberadaannya sangat merugikan,
di dalam lanjutan ceritanya tersebut, seorang koruptor tersebut hendak
melarikan diri dan menjadi buruan polisi karena perbuatannya sangat merugikan Negara.
Dilihat dari kaburnya seorang koruptor tersebut dapat kita asumsikan bahwa
seseorang yang melakukan penggelapan dana itu sangat tidak memiliki tanggung jawab
atas perbuatan yang ia lakukan sehingga ia lari dari kejaran polisi. Bahkan
keluarganya dilarang berbicara tentangnya, dan justru disuruh bungkam. Kejadian
seperti ini, jika dikaitkan dengan kehidupan nyata sangat ada kaitannya
mengingat sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwa di Negara kita
sangat banyak dijumpai seorang koruptor dimana-mana, dan itu seringkali
dijumpai pada pejabat-pejabat Negara yang lebih mengutamakan kepentingannya
sendiri dibandingkan kepentingan rakyat, sehingga uang yang semestinya untuk
rakyat justru dimakan sendiri. Kejadian seperti ini juga sangat berbahaya bagi
generasi muda saat ini, sehingga generasi saat ini harus benar-benar dikorek
otaknya agar ketika menginjak usia dewasa dan terjun dengan masyarakat tidak
meniru perbuatan yang tidak patut ditiru tersebut.
Kejadian lain dalam ranah
politik juga ditemukan di dalam kumpulan cerpen tersebut yaitu mengenai keberadaan
seorang lurah yang tidak bisa menjadi teladan bagi rakyatnya. Banyak janji-janji
palsu yang ia janjikan kepada rakyat ketika pencalonan dimulai. Bahkan Pak
lurah tersebut sering mengelabuhi rakyatnya seakan-akan rakyat tersebut yang
mudah untuk diperlakukan seenaknya. Selain itu hal yang tidak patut dijadikan
contoh yaitu ketika Pak lurah hendak mengambil tanah milik rakyat untuk dijadikan
sebagai perumahan elit, tentu hal tersebut sangat merugikan rakyat. Hal demikian
juga sering kita jumpau di dalam kehidupan nyata, yaitu terlihat banyak pejabat
pemerintahan di tingkat manapun yang ketika tahap pencalonan seringkali
mengeluarkan rayuan-rayuan dengan memberikan janji-janji, tetapi ketika sudah
terpilih janji-janji yang pernah diucapkan pun hilang seketika, dalam
praktiknya justru seringkali merugikan rakyat. Tentu hal seperti ini juga
sangat berdampak buruk terhadap generasi muda saat ini jika tidak diberi arahan
yang baik mulai sejak sedini mungkin.
Selain kejadian tersebut,
ada hal yang cukup menarik di dalam kumpulan cerpen tersebut, salah satunya
yaitu dalam tulisan M. Shoim Anwar ketika menggoreskan tintaya dalam cerpen
Sepatu Jinjit Aryanti, mengingat hal yang dituangkan di dalam cerpen tersebut
sangatlah menarik. Disamping gambaran cerita di dalamnya yang meceritakan
bahwasanya keberadaan Aryanti yang terlibat dalam kasus pembunuhan yang
kemudian sosok aryanti tersebut bertemu dengan tokoh “Aku” yang menjadi jagoan
atau penyelamat bagi dia. Namun, disisi lain ada hal yang cukup menarik yaitu
mengenai goresan penulis yang seolah-olah mengajak kita sebagai pembaca untuk
dapat terlibat di dalam cerita tersebut mengingat ada kisah yang bernuansa romantic
pula dalam cerpen tersebut. Saya rasa penulis sangat pandai dan cukup humoris
dalam menuangkan imajinasinya sehingga dapat memberikan respect yang baik bagi
pembacanya. Dari kejadian yang tertuang dalam cerpen tersebut dapat kita
simpulkan bahwa keberadaan seorang wanita tidak akan dapat terlepas dari
kekuasaan seseorang mengingat banyak misi-misi yang terselubung yang dapat
diselesaikan dengan memperalat keberadaan seorang wanita. Terbukti bahwa yang
terjadi di dalam dunia nyata tidak sedikit wanita yang terlibat dalam kasus
pembunuhan, narkoba dan lain-lain.
Suguhan lain di dalam
kumpulan cerpen tersebut dapat kita temukan lagi yaitu dalam permasalah janji
yang tidak ditepati. Hal itu dapat kita lihat dari cerpen “Bambi dan Perempuan
Berselendang Baby Blue” yang mengisahkan tentang seseorang yang memiliki janji
di dalam sebuah siding pengadilan namun tidak mampu ia tepati, sehingga membuat
tokoh “Saya” dalam cerpen tersebut murka mengingat ia sudah merasa dijanjikan
oleh Bambi sebagai hakim tunggal untuk menang dipersidangan, namun yang terjadi
tidak sesuai dengan janji yang telah disepakati. Namun, dalam pembahasan
mengenai Bambi ini terdapat kata-kata yang sulit saya pahami. Memang dari segi
cerita dapat memberikan respect yang baik bagi pembaca, tetapi dari segi
pilihan kata yang menggunakan bahasa jawa tidak semuanya dapat saya pahami dan
mungkin terjadi pula bagi pembaca-pembaca lain, seperti gacoan. Saya sendiri sebagai orang jawa pun tidak
mampu memahaminya apalagi pembaca yang tidak berasal dari jawa, sehingga
dibutuhkan penjelasan sedikit mengenai arti atau bahkan persamaan dari kata
tersebut dapat dituangkan dalam cerpen itu pula sehingga hal itu tidak
menghalangi keseruan pembaca, dan tidak menghalangi pemahaman bagi pembaca
pula.
Selain itu, terdapat pula
kisah seorang pejabat istana yang berlaku semena-mena dan justru merugikan
warganya, dimana seorang istana justru memperkerjakan warganya layaknya budak. Hal
itu tertuang didalam gambaran cerpen yang berjudul “Jangan ke Istana, Anakku”. Namun,
seorang anak yang bernama Dewi dalam cerpen tersebut sangat menginginkan masuk
ke dalam istana tersebut, tetapi orang tua Dewi melarangnya mengingat kedua
orang tuanya sudah pernah diperlakukan buruk di dalam istana.
Berdasarkan uraian dan
penjelasan di atas, sebenarnya ada pesan yang dapat kita ambil di dalam
kumpulan cerpen tersebut, bahwa hidup di era sekarang sangat banyak kejahatan
yang ditemukan, entah dimanapun tempatnya baik di pemerintahan, atau dalam
kehidupan bermasyarakat sangat benyak pengaruh-pengaruh buruk terhadap generasi
muda untuk lebih berhati-hati. Mengingat, saat ini banyak orang yang tidak
mampu bahkan tidak mau jujur, dan tanggung jawab terhadap apa yang telah ia
perbuat. Justru yang ia mampu lakukan hanyalah mencari keuntungannya sendiri. Bahkan
sekarang sangat banyak dijumpai kekerasan seksual yang terjadi dimana-dimana
dengan memanfaatkan sosok perempuan. Oleh karena itu, sebagai generasi mudah
hendaklah kita lebih berhati-hati dalam memilih pergaulan sehingga kita tidak
terjerumus ke hal-hal yang menyesatkan. Sedini mungkin kita harus memiliki
bekal yang cukup dan mematangkan pikiran sehingga ketika kita bergelut di dalam
kehidupan bermasyarakat dapat terhindar dari sifat dan perilaku kejahatan yang
dapat merugikan orang lain. Memang beberapa manusia atau bahkan mungkin hampir
seluruh manusia menginginkan harta dan kekuasaan, bagi laki-laki tentu
mengharapkan wanita pula, namun kepuasan-kepuasan tersebut perlu kita saring
bahwa ketika dampaknya merugikan orang lain sebaiknya kita hindari.
Kumpulan cerpen karya M. Shoim Anwar sangat menarik bagi kalangan mahasiawa khususnya saya selaku mahasiswa yang mempelajari ilmu sastra di dalam perkuliahan. Selain itu adanya cerpen ini dapat memberikan pelajaran bagi para penguasa yang ada untuk berfikir jernih bahwa dimanapun kita berada, apapun posisi kita yang kita emban, hendaklah kita memiliki sifat jujur dan rasa tanggung jawab sehingga dalam menjalankan kehidupan kita tidak sampai merugikan orang lain mengingat ketika di hari akhir kelak apapun yang pernah kita lakukan akan dipertanggung jawabkan.