KRITIK / ESAI CERPEN "SETAN BANTENG" KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
Berikut ini, sebagaimana yang pernah saya
lakukan di minggu-minggu yang lalu. Saya disini akan mengulas mengenai sebuah
cerpen yang cukup menarik, bahkan ketika baru membaca judulnya pun akan
memancing daya tarik seseorang untuk mengetahui isi yang ada dalam sebuah
cerpen tersebut. “Setan banteng”, iya, itulah judulnya. Hanya dengan membaca
judul yang cukup unik itulah membuat si pembaca seakan-akan bertanya bahwa apa
yang dibahas dalam cerpen tersebut, serta adakah amanat yang dapat dipetik dari
cerpen tersebut? Berikut inilah akan saya ulas dalam bentuk esai.
Cerpen yang berjudul “Setan Banteng”
merupakan sebuah cerita pendek yang ditulis oleh sastrawan bernama Seno Gumira
Ajidarma yang menceritakan tentang kehidupan seorang anak remaja bersama
teman-temannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Di dalam cerpen
tersebut diceritakan bahwa seseorang lahir dalam dunia ini memiliki karakter atau
bahkan cara pandang yang berbeda-beda. Kenapa demikian? Terlepas dari pengaruh
didikan orang tua atau bahkan sesuatu hal lain yang dapat mempengaruhi di masa
kecilnya yang jelas itu semua terjadi atas kehendak yang maha kuasa. Perbedaan-perbedaan
tersebut dijelaskan dalam cerpen tersebut bahwa terdapat segerombalan anak-anak
yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang pemberani walaupun tanpa
memikirkan dampak yang akan dialai, ada yang penakut tapi dengan berpikir apa
yang akan ia alami jika ia memberanikan diri. Namun, di dalam dunia nyata tidak
sedikit orang justru menghardik orang yang jika hanya dilihat kasat mata
memiliki ketakutan, bahkan tidak sedikit orang seperti itu justru dijatuhkan. Padahal,
dibalik ketakutannya tersebut terdapat pembelaan terhadap keselamatan dirinya.
Lain halnya dengan si pemberani yang tidak
memikirkan segala dampak yang ditimbulkan dari keberaniannya tersebut,
digambarkan dalam cerpen tersebut bahwa beberapa segerombalan anak sedang
memainkan sesuatu yang berhubungan dengan hal mistis yang di dalam cerpen
tersebut ada hubungannya dengan gambar yang diperlihatkan di depan tatapan
segerombalan anak yang sedang melakukan permainan tersebut yaitu gambaran dari
banteng yang tanpa disadari akan berdampak suatu malapetaka bagi mereka.
Dalam permainan yang dilakukan oleh beberapa
anak tersebut, salah satu anak yang memiliki tubuh paling besar jiwanya
dirasuki oleh setan yang memiliki sikap dan karakter sebagaimana yang ada dalam
gambaran tersebut yaitu hewan banteng. Anak yang kerasukan jiwanya itupun mengamuk
dan menyerunduk sebagaimana hewan banteng. Pada saat inilah anak-anak yang lain
justru lari dan menertawakannya, padahal itu semua merupakan sebuah malapetaka
yang terjadi akibat permainan sembarang yang dilakukan.
Tentu, dalam dunia nyata saya pernah
menjumpai bahwa ketika seseorang yang pada saat itu sedang memakai pakaian
serba hijau sobek-sobek dengan memakai rambut palsu panjang dengan warna loreng
dan ditambah dengan pemakaian gigi palsu yang berbentuk seperti drakula,
seseorang tersebut mengatasnamakan dirinya dengan sebutan grandong dan berlagak
tidak karu-karuan, niat awalnya memang pemakaian atribut-atribut hanya dianggap
sebagai permainan untuk memperlihatkan kepada orang lain atau bahkan dipakai
untuk menakut-nakuti orang. Namun, tidak disangka selang beberapa waktu
kemudian jiwanya justru kerusakan kuku yang sebelumnya pendek tiba-tiba
memanjang, ia tak sadarkan diri dan tak terkendali jiwanya dipenuhi dengan
perasaan marah dan matanya pun melotot sehingga kejadian itu sangat meresahkan
warga.
Berdasarkan apa yang saya ulas di atas, ada
hal yang dapat kita petik dari cerpen yang berjudul “Setan Banteng” tersebut,
bahwa seseorang anak hendaknya diberikan arahan atau didikan yang baik sejak
dini, sehingga ketika hendak menginjak remaja atau bahkan dewasa anak tersebut
dapat hati-hati dengan membedakan mana hal yang baik yang dapat mengantarkan
dirinya kepada keselamatan dan mana hal yang buruk yang justru akan membawa
dirinya kepada kesesatan. Jika arahan baik telah diarahkan tentu diharapkan
seorang anak akan mampu bersikap baik dan apa yang hendak ia lakukan akan
berguna dan dapat bermanfaat bagi orang lain bukan justru meresahkan orang
lain.